Merupakan salah satu sunnah dan tradisi Pondok yang harus dilestarikan adalah menatar guru-guru setiap menjelang tahun ajaran barunya, mengingatkan apa saja tugas dan kewajiban seorang guru, karena guru lah yang akan mengajarkan keilmuan kedepannya, Guru. Kepanjangannya “digugu lan ditiru”; diindahkan dan dicontoh.
Ki Hajar Dewantara merumuskan karakter guru dalam sistem among : Ing ngarsa asung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, di depan memberi teladan, di tengah menggerakkan, dibelakang memberi dukungan, layaknya seorang petani, guru mencurahkan perhatian pada benih yang telah ia tebar, memupuk, menyirami dan menyianginya. Helen Adams Keller seorang penulis dan aktivis politik memberikan kesaksian, “Awalnya aku hanyalah butiran-butiran kemungkinan. Gurukulah yang membuka dan mengembangkan kemungkinan itu.”
Guru kiranya mampu memberikan keilmuan yang berkualitas kepada muridnya maka salah satu kewajiban seorang guru mempersiapkan materi (i’daadut Tadriis) sehari sebelum mengajar dan mengajukan ke guru senior untuk dikoreksi, tanpa disadari menjadi suatu silaturahim antara guru junior dan senior sehingga guru lebih siap dalam mentransfer ilmu kepada muridnya, Pengetahuan manusia ibarat air, sebagian datang dari atas dan sebagian memancar dari bawah, yang dari bawah cahaya alam, dan yang dari atas ilham Ilahi.
Memiliki pengetahuan berarti mengerti tujuan yang benar dan salah, yang mulia dan yang hina. Ilmu pengetahuan tanpa hati nurani, tidak lain hanyalah reruntuhan jiwa, dan alhamdulillah PM Daarul Mundziriin tahun ini kedatangan guru-guru baru (Fresh Graduate) dari PM Darussalam Gontor sebanyak 7 orang sehingga menjadikan PM Daarul Mundziriin lebih siap dalam mendidik santri-santrinya.
